Postingan

Merelakan

Tabik, apa kabar? Kalo aku lihat, kamu semakin bahagia akhir-akhir ini. Selamat ya! Jika kamu bertanya kabarku, aku juga baik-baik saja. Ya, sekarang aku baik-baik saja. Awalnya sih engga. Apalagi disaat kamu pergi tanpa memberikan penjelasan. Apa yang salah? Apa aku berbuat salah? Kenapa semuanya tiba-tiba berubah? Segala pertanyaan menyerangku bertubi-tubi. Seolah-olah, segala penyebabnya adalah aku. Disaat aku sibuk dengan pernyataan kenapa? Ada sesosok malaikat yang datang memberikan aku jawaban dari setiap pertanyaan. Sesosok baik hati itu datang dengan segala rasa bersalah. Karena menurutnya, hal yang dia sampaikan akan membuatku sakit hati. Malaikat itu kemudian menceritakan semuanya. Seketika, pandanganku gelap, kepalaku berdenyut. Ah tuhan, apakah malaikat ini sedang mencabut nyawaku? Ternyata, alasan dia pergi bukan karena kesalahanku. Melainkan, karena ada orang baru. Ada rasa lega sebenarnya dalam hati. Setidaknya, aku bisa melangkah ke depan dengan gagah tanpa memili...

Menerima

Lama rasanya tidak membuat tulisan, ternyata rindu juga. Dulu, setiap ada sesuatu yang dirasakan atau mengganjal dipikiran, pasti selalu menyempatkan diri menyalurkan lewat tulisan. Kenapa lewat tulisan? Karena, saya ingin mengabadikan pemikiran saya dan menghadiahi diri saya di masa depan, bahwa diri saya di masa lalu, pernah merasakan atau berpikir seperti ini. Dan juga, ada rasa damai yang luar biasa indah setelah saya menyalurkan apa yang saya pikirkan. Sekarang, setelah masuk bangku perkuliahan, semuanya berubah. Banyak kejadian dan peristiwa yang tidak terabadikan di sini. Pengalaman hidup dan kebahagiaan semuanya berhembus begitu saja. Ah, dunia perkuliahan memang membawa banyak perubahan. Dan saya menyadari, tidak mudah untuk bisa beradaptasi. Apalagi, terhadap hal-hal yang menyangkut perasaan. Masa peralihan dari remaja menuju dewasa tentu menjadi sebab utama, dan saya harus mulai terbiasa. Terbiasa untuk bersikap biasa-biasa saja terhadap hal yang sebenarnya luar biasa. M...

Hari Pertama Menjadi Mandiri

Minggu, 28 Agustus 2022 Angkutan umum membawaku pergi, menjauhi tempat di mana aku dibesarkan. Ada rasa berat dalam hati, rasanya belum siap jika harus meninggalkan ibu dan adikku. Tapi, siap tidak siap, hal ini harus aku jalani. Ini adalah kali pertama dimana aku harus hidup mandiri. Oh iya, tulisanku bulan kemarin bercerita tentang kegelisahan hidupku. Pada saat itu, saya merasa resah karena ditolak SBMPTN untuk yang kedua kalinya, dan ditolak juga ujian mandiri di beberapa universitas negeri. Saya sangat takut jika saya tidak kunjung lulus tes kuliah di universitas negeri, mimpi saya untuk kuliah harus dikubur dalam-dalam, karena orang tua saya tidak akan mengizinkan saya gapyear untuk yang kedua kalinya. Hingga akhirnya, pada tanggal 1 Agustus 2022, saya dinyatakan lulus di perguruan tinggi negeri di fakultas hukum. Sangat diluar dugaan memang. Perjuangan selama ini seakan terbayarkan. Bahkan ini jauh lebih baik dari rencanaku selama ini. Sejak saat itu, saya percaya bahwa ...

Untuk Diriku di Masa Depan

Halo diriku di masa depan, kapan pun kamu membaca ini, entah 10 tahun atau mungkin 15 tahun ke depan. Aku ingin berbagi apa yang aku rasakan saat ini. November nanti, aku genap berusia 20 tahun. Mungkin saat ini usiamu sekitar 30-35 tahun ya? Sudah menikah dengan wanita impianmu kan? Sudah punya jagoan kecil juga kan? Bagaimana kabar mereka? Titipkan salamku pada mereka. Atau, ajak juga mereka membaca ini. Akhir-akhir ini, aku merasa gelisah. Resah dan rasa takut terus menggerogoti kepalaku. Kegagalan menjadi hal yang paling sering aku alami saat ini. Beberapa pertanyaan sering kali timbul dalam pikiranku. “Apakah aku bisa melewati ini?”, “Apakah aku bisa seperti mereka?”, “Kenapa semuanya terasa sulit?”, “Apakah dulu mereka juga merasakan apa yang aku rasakan?”. Pertanyaan-pertanyaan tersebut menjadi gulma yang terus tumbuh dalam pikiranku. Dilain hal, tekanan lingkungan juga menjadi sebab kekhawatiranku. Aku takut, aku takut jika semuanya tidak sesuai dengan yang aku inginkan. ...

Tentang Kegagalan

Lusa kemarin, duniaku runtuh. Pandanganku gelap, tubuhku bergetar, mataku tak henti mengeluarkan air dari telaganya. Untuk yang kedua kalinya, aku kembali mendapatkan kekecewaan yang sama. Bedanya, tahun ini aku benar-benar merasa terpuruk. Harapan yang sering aku lambungkan dalam setiap sujud, ternyata tidak sesuai dengan yang aku dapatkan. Rasa tidak percaya terus menggerogoti pikiranku, berharap bahwa ini semuanya hanya kesalahan data atau error. Setelah beberapa kali situs di refresh, ternyata aku benar-benar gagal. Meyakini sesuatu, memang harus diimbangi dengan rasionalitas. Aku pun pahan betul tentang teori tersebut. Tapi pada kenyataanya, kita tidak bisa mencekal bahwa manusia memang makhluk yang diciptakan tuhan dengan dibekali perasaan. Jadi, merasa kecewa itu wajar. Dengan catatan, jangan terlalu lama larut dalam kekecewaan. Kita tidak bisa berjalan ke masa lalu, memperbaiki kesalahan disana, lalu berharap mendapatkan hidup yang lebih indah di hari ini. Tidak, tidak bi...

Saat Idealisme Bersebrangan

Pada hari Jum’at, 13 Mei 2022. Aku mengunjugi tempat itu kembali. Tempat yang bagi kebanyakan orang wajib dikunjungi dua minggu sekali. Namun saat ini, tempat itu seakan menjadi tempat yang paling aku hindari. Tempat itu terakhir kukunjungi 10 bulan yang lalu. Saat itu, sepulangnya dari tempat tersebut, aku berkomitmen kepada diri sendiri untuk tidak kembali lagi ke tempat itu dalam waktu yang tidak ditentukan. Aku berpegangan kuat kepada kata-kata Iqbal Ramadhan, “Setidaknya sekali dalam hidup, kita harus merasakan gondrong” itulah yang aku tanamkan selama 10 bulan terakhir. Kenapa akhirnya memutusakan kembali ketempat itu setelah 10 bulan? Tentunya bukan karena desakan orang yang terus berkata “kapan potong rambut?” dan lain sebagainya. Ini lebih kepada keharusan yang wajib ditaati. Meski jelas, keharusan ini, sangat bersebrangan dengan idealismeku selama ini. Tapi pada akhirnya, semuanya tak seburuk yang dibayangkan. Setelah potong rambut, kepalaku menjadi terasa ringan. Kegia...

Tahun ke-4

Ramadhan tahun ini, adalah Ramadhan ke-4 sejak kakekku lengser dari jabatannya membacakan bilal shalat tarawih. Kakekku mewariskan jabatanya kepadaku. Tahun pertama tentunya tahun terberat. Mungkin bagi sebagian orang menganggap, tugas ini adalah hal sepele, tapi tidak bagi aku yang belum pernah mengenyam pendidikan di pesantren. Aku harus menghapal Bahasa Arab yang cukup panjang dan dituntut lancar berbicara kepada banyak orang. Hal ini sedikit terbantu, mungkin karena bapakku dulu mengenyam pendidikan puluhan tahun di pesantren, dan darah itu mengalir di tubuhku. Ya, didaerahku, aku dikenal cukup taat kepada agama, walau sebetulnya tidak terlalu hehe Lebaran sebentar lagi tiba, dan aku mendapatkan kabar tidak menyenangkan. Bapak tidak bisa mudik lebaran tahun ini. Ini adalah lebaran pertama kami tanpa kehadiran bapak. Tentu suasananya akan jauh berbeda dari tahun sebelumnya. Dimana, kita sama-sama saling memaafkan dan diakhiri dengan pelukan, kali ini tanpa kehadiran bapak. Setel...