Ingatan Masa Kecil
Meski minim persiapan, acara
lomba 17an tetap berjalan meriah. Berjalannya kegiatan ini tentu bukan hal
mudah, kami harus mencari dana untuk membeli beberapa bahan dan peralatan yang
menunjang. Setelah memperhitungkan total biaya, akhirnya Pak RW setuju dan
bersedia memberikan dana untuk berlangsungnya acara. Keesokan harinya, kami
memulai kegiatan.
Ada banyak permainan masa kecil
yang kami adakan. Dari mulai makan kerupuk untuk anak kecil, hingga sepakbola
sarung untuk ibu-ibu. Ada rasa damai dalam hati, tatkala melihat mereka tertawa
lepas karena permainan yang mereka mainkan. Ah, aku jadi ingat masa kecilku
yang setiap harinya diisi oleh permainan semacam itu.
Sewaktu aku kecil, rasa takut
seakan tidak ada dalam pikiranku. Berawal dari menonton program Bocah Petualang
di televisi, aku menjelma Si Bolang yang pemberani. Dari mulai berenang di
sungai, hingga mencari ikan gabus di sawah dengan tangan kosong, semua
kulakukan tanpa rasa takut. Hingga akhirnya aku pulang dengan badan penuh
lumpur dan membawa hasil tangkapanku. Tentu saja ibu marah dan langsung
menasehatiku, Bagaimana kalau terbawa arus sungai? Bagaimana kalau lubang yang
kau gali ternyata lubang ular? Ah ibu, tenang saja, buktinya sekarang anak tercintamu
berdiri dihadapanmu.
Meski ibu sering khawatir, tapi
ibu tidak pernah melarangku untuk bermain dan melakukan hal-hal baru. Ibu
membebaskanku untuk bermain dengan siapa saja. Sampai suatu ketika, aku
dilempari ulat bulu oleh temanku sampai tubuhku gatal-gatal. Meski sudah kularang,
ibu tetap bersikeras memarahi temanku karena tidak rela anaknya terluka. Ah ibu
terimakasih, kau adalah tamengku.
Lamunanku buyar setelah temanku
menepuk pundakku, ada rasa rindu yang menghampiriku. Akhirnya aku berinisiatif
mengajak teman-temanku sebagai panitia untuk mengikuti lomba, sebagai bentuk
rasa rinduku pada masa kecil. Pada awalnya mereka menolak, namun akhirnya
mereka setuju. Dan pada saat itu, sekeliling lapangan tak ada yang tak tertawa.
Komentar
Posting Komentar