Dewasa

Dulu saat masih anak-anak, rasanya ingin cepat-cepat menjadi dewasa. Tidak ingin lagi merepotkan orang tua, tidak ingin lagi menangis karena tidak dibelikan sesuatu, dipikiranku saat itu, menjadi dewasa akan sangat menyenangkan. Seiring berjalannya waktu, ternyata dewasa tidak semenyenangkan yang dipikirkan dulu. Dewasa adalah tentang memilih, dan jika diberi kesempatan untuk memilih menjadi dewasa atau kembali menjadi anak-anak, aku akan memilih untuk kembali menjadi anak-anak. Banyak hal yang aku rindukan saat masa kecil, yang sekarang tidak dapat aku lakukan. Hidup tanpa beban pikiran, banyak teman bermain, bermain sampai magrib hingga dimarahi orang tua, bahkan dulu aku pernah bermain petak umpet bersama temanku, sampai-sampai satu kampung geger karena aku menghilang, hehehe masa kecil memang menyenangkan.

Mengutip serial web Kisah Untuk Geri, "Ada dua cara untuk menjadi dewasa. Pertama, adalah karena terpaksa. Kedua, adalah karena memilih untuk dewasa. Yang kedua jauh lebih sulit, karena bila dewasa adalah pilihan, maka kita harus rela kehilangan. Lembaran lama yang sudah terisi penuh harus ditinggalkan, demi membuka lembaran baru yang masih kosong." Kutipan tersebut memang sangat benar, saat kita memilih untuk dewasa, kita pasti akan kehilangan. Kehilangan orang dekat karena berbeda tujuan sudah pasti akan dirasakan. Menjadi dewasa, harus siap dengan semua kemungkinan buruk yang terjadi. Menjadi dewasa, harus siap bertanggung jawab atas pilihan diri sendiri. Menjadi dewasa, harus siap kesepian. Menjadi dewasa, akan menghadapi kesalahan baru yang dulu dianggap benar. Memang tidak mudah untuk menjadi dewasa. Dan aku sendiri merasa belum siap untuk menjadi dewasa. Tetapi, waktu akan terus mendorong kita mendekati gerbang dewasa. Semoga kita bisa melewati fase-fase pahit menjadi dewasa, sebelum akhirnya kita tiba dititik kedewasaan.

29 Juni 2021, Ditulis di Saung Ketenangan.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Merelakan

Tahun ke-4

Tentang Kegagalan