Satu Bulan Lebih Berlalu

Satu bulan lebih berlalu, satu bulan lebih aku menahan rindu. Dan satu bulan lebih juga aku berusaha tumbuh dengan hati yang baru. 19 Maret adalah tanggal yang akan selalu kukenang, walau saat mengingatnya air mataku berlinang. Tanggal yang tak kusangka akan menjadi paragraf terakhir dalam cerita kita. Walau sebenarnya, cerita tersebut tidak pernah benar-benar kita mulai.

Hari-hari setelahnya adalah tentang menunggu keajaiban, berharap kembalinya berbalas pesan. Dan aku lupa satu hal, "Keajaiban itu tidak pernah benar-benar datang, kalau bukan kita sendiri yang menciptakan." Dan benar saja, keajaiban itu tidak pernah datang.

Bagaimana kabarmu? Masih ingat aku? Atau sudah lupa? Kulihat, tanpaku pun hidupmu baik-baik saja. Aku sejauh ini cuma bisa berpura-pura baik-baik saja, karena semenjak kepergianmu aku seperti kehilangan separuh jiwaku, dan mungkin kali ini, aku akan belajar untuk kembali melanjutkan hidup, walau tanpamu.

Dalam proses belajar melanjutkan hidup, aku pernah dihadapkan cobaan besar. Cobaan yang hampir membawaku kembali terjebak dalam pesonamu. Cobaan tersebut adalah saat kita tidak sengaja bertemu. Kita dipertemukan didalam satu ruangan Lab Komputer dan posisi kita duduk bersebelahan. Pada hari itu aku memutuskan untuk seperti tidak pernah mengenalmu, walau tentu saja, diam-diam aku memperhatikanmu. Entah keputusanku ini benar atau tidak, terkadang hal tersebut selalu ingin kuulang.

Waktu terus berjalan, hingga akhirnya aku tiba dititik dimana saat mengingatmu, rasa sakitnya sudah tidak ada. Dan selamat untuk hatiku, karena kau telah berhasil sembuh dari luka yang hampir membunuh.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Merelakan

Tahun ke-4

Tentang Kegagalan