Berdamai Dengan Ingatan

Aku tidak sehebat yang kau pikir saat melepas kepergianmu. Aku tidak setegar saat dihadapkan sebuah kehilangan. Banyak sekali hal yang aku pendam, banyak sekali hal yang tidak kamu ketahui tentang prosesku bergelut dengan perpisahan. Aku memilih untuk diam dan mengobati lukaku sendiri. Karena bagiku, mengusik hidupmu setelah kau memberikan luka, hanya akan memperparah luka. Aku tidak ingin itu terjadi, dan aku tidak ingin memperlihatkan ketidakberdayaanku kepada dunia.

Aku tiba disebuah pemikiran, bahwa sampai kapanpun kita tidak akan bisa melupakan. Terlebih lagi banyak kenangan yang membuatku kembali mengingat memori tentangmu. Berdamai dengan ingatan adalah hal sulit, akan tetapi lebih sulit lagi melupakan ingatan yang sudah ada. Dari sinilah, perlahan aku mulai mencoba untuk mengikhlaskan.

Hari demi hari terlewati, tak ada yang berarti. Sepi, seolah kesenangan duniawi tidak bisa mengobati. Separuh nyawaku seolah hilang. Kebiasaan yang dulu tergantikan, kini harus dilatih ulang. Aku harus terbiasa dengan sepi, dan aku harus terbiasa melewati hari-hari sendiri. Bayangmu sesekali menghiasi mimpi, yang membuat ingatanku tentangmu kembali. Dan itu berhasil menghancurkan progresku selama ini.

Aku tidak berharap kamu kembali, meski kembalimu dengan membawa penyesalan, tetapi luka yang kau berikan dahulu cukup membuatku hilang kepercayaan. Tenang saja, aku tidak akan mengingatmu dengan penuh kebencian, aku tidak akan menamaimu dengan tinta merah. Aku akan tetap memberikan senyuman terbaik saat bertemu denganmu. Karena kau pernah menjadi seseorang yang teristimewa untukku, meski tempatmu kini bukan lagi dihatiku.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Merelakan

Tahun ke-4

Tentang Kegagalan